Rabu, 27 Juli 2011

PESAN SINGKAT

; dari sosok yang hidupnya laksana sahabat

Kau, hidupmu yang penuh sahaja
Memandangmu adalah terawang nuansa potret nun disana
Kau suci, seperti pesan sederhanamu padaku
Bersahabatlah dengan yang hatinya adalah kapas; putih dan ringan
Jauhilah yang lisannya adalah perut dan kemaluan; warna-warni dan muslihat
Kau, wajah yang simpan wibawa
Malu aku bila jumpa
Karena kini aku, tinggal lah kata-kata

Jakarta, 10 Juni 2011
Mengenangmu di sisi gelap kehidupan Ibukota

RAKYAT MELATA

; di negeri para durjana

Kami adalah rangkak-rangkak
Yang terserak
Tanpa jejak
Diinjak-injak tamak

Kami ingin Raja Puak
yang bijak
tanpa pekak
tanpa barikade budak-budak

kami adalah tapak-tapak
yang terisak
meledak
sebab keadilan ditepak

Jakarta, 21 Juni 2011

REFLEKSI JENDELA KACA BUSWAY

Dari refleksi jendela kaca busway,
Aku menangkap sudut kesedihan dari pelupuk matamu
Tak perlu kau katakan,
Sebab jiwa dan hati yang menyatu
Seperti partikel-partikel salju yang mencair dari beku
Dari refleksi jendela kaca busway,
Aku mengurai rintik duka di sudut hatimu
Adakah senyumku dapat melepas lelah dan perih harimu?
Seperti kerikil-kerikil di jalanmu yang harus ku congkel satu per Satu
Dari refleksi jendela kaca busway,
Aku menerjemahkan sebaris rindu pada sehelai jiwamu
Bahwa pengembaraan dari jarak dan waktu ini,
Perjalanan panjang yang berdarah-darah ini,
Akan menjadi mahar kita di surga
Tak perlu ada air mata
Sebab Tuhan mengasihi hamba-NYA
Dari busway ini,
Aku selalu tahu
Bahwa Tuhan menjagamu


Jakarta, pagi buta di awal Juni 2011
Dari atas busway PGC – Harmoni – Lebak Bulus

SUDUT

Matahari selalu menyembul dari balik timur. Tanpa jengah, ia tersenyum mengawali hari yg beku. Kepada setiap kekasih atau pendosa, ia tak peduli. Tulus saja ia menghangatkan setiap yg di muka bumi.
Jelang siang ia akan membakar dgn amarahnya setiap pendosa yg telah buta lg tuli. Sedangkan para terkasih dibiarkannya bernaung dibawah rerimbun kubah mesjid. Menyenandungkan asma penciptanya.
Dan amarahnya meredup pada pelataran senja. Agar para kekasih bercengkrama dlm munajat malamnya. Dan melepaskan para pendosa utk kembali berpesta pora.

Suatu bulan di tahun 2010

KU PENUHI YA RABB

Rabb,
Ketika sepenggal hati ini
Kau ciptakan dari api
Biarkan hasratnya membakar kerinduan-kerinduan

Rabb,
Saat sejumput cinta ini
Kau semayamkan dalam hati
Biarkan jeratnya menjalari kehidupan

Rabb,
Bila Kau lah Cinta
Jadikan aku hati yang menempatkan-MU
Tepat di titik sublimasi, agar tidak ada selain-MU

Aku lah khalil-MU diantara para kekasih
Darah dagingku tak secuil pun menyurutkan cintaku
Walau Kau minta jiwaku
Bersegera ku penuhi ajakan-MU

LABBAIKA WA SA’DAIKA
DENGAN SEGENAP KERINDUAN DAN JIWA RAGAKU

Jakarta, 10 Dzulhijjah 1431 H

Ied Mubarok !

SECERCAH CERAH DARI SERAMBI MEKAH (Refleksi Zakat Untuk Dunia)


Kami adalah rangkak-rangkak
Yang terserak
Tanpa jejak
Diinjak-injak tamak
…..
kami adalah tapak-tapak
yang terisak
meledak
sebab keadilan ditepak
(Diambil dari file pribadi; Rakyat Melata, Kumpulan Sajak)

Zakat untuk Kemanusiaan
Didera konflik bersenjata berkepanjangan sampai dengan bencana alam gempa dan tsunami yang menerjang. Aceh, serambi Mekahnya Indonesia ini, tidak serta-merta luluhlantak semangat dan jiwa kepahlawanan yang tumbuh dan mengalir dalam darah tubuh rakyat Aceh. Hampir hampir musibah yang datang bertubi-tubi melemahkan mereka. Akan tetapi dengan modal keyakinan kepada Allah serta dukungan dari saudara-saudara seiman dari seluruh penjuru tanah air bahkan dunia internasional, menyebabkan mereka dapat melewati masa-masa sulit dengan penuh ketabahan dan keteguhan. Kisah-kisah pun menyeruak dari balik cuplikan-cuplikan adegan kehidupan rakyat Aceh sejak zaman konflik antara RI dan GAM sampai dengan datangnya bencana alam gempa dan tsunami terbesar sepanjang sejarah bencana kemanusiaan di dunia. Apabila cuplikan-cuplikan adegan tersebut dirunut dan dikumpulkan, maka akan menjelma sebuah buku cerita yang tebal penuh dengan heroisme, kesetiaan, serta dramatikal yang mengharu biru pembacanya.  
Akibat yang ditimbulkan dari semua itu dapat membelalakkan bola mata. Ratusan ribu jiwa menjadi korban yang dipertaruhkan. Belum lagi dari sisi materi mengalami kerugian struktur dan infrastruktur yang cukup mencengangkan. Akan tetapi dampak yang sangat krusial dari semua itu adalah terkesampingkannya pendidikan bagi anak-anak usia sekolah di Aceh. Sebagaimana pengalaman yang penulis sendiri rasakan disaat menjalankan amanatnya sebagai pendidik dan pengajar di sebuah sekolah yang berlokasi di Aceh Besar selama 3 tahun (2007-2010). Sebagian besar siswa disana (siswa level satu SMP) belum mengenal secara baik baca-tulis Bahasa Indonesia, bahkan lebih buruk lagi sama sekali tidak mengetahui bagaimana baca-tulis dalam Bahasa Indonesia. Ini disebabkan oleh dampak yang sempat penulis singgung di awal tulisan.
Akan tetapi berkat bantuan sosial dari pihak-pihak luar baik dalam negeri maupun asing, semua permasalahan yang ditimbulkan dari akibat konflik senjata dan bencana gempa serta tsunami dapat teratasi dengan baik. Pulihnya struktur dan infrastruktur dalam waktu yang relatif cepat. Berdirinya fasilitas-fasilitas umum yang memadai termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga pemulihan akibat konflik dan musibah bencana berjalan dengan progresif yang memuaskan berbagai pihak. Salah satu sumber yang ikut berperan besar dalam mendanai semua itu adalah diambil dari dana zakat kaum muslimin yang terkumpul pada Lembaga-lembaga amil zakat nasional. Sehingga disini dapat dirasakan langsung manfaat yang sangat besar dari dana zakat yang telah dikumpulkan.
Berzakatlah untuk Dunia
            Bila dilihat dari esensi maupun substansi dari zakat adalah sebagai bentuk toleransi antar ummat manusia serta menjadi faktor yang dapat menisbikan kesenjangan yang terjadi antara golongan kaya dan miskin (Qaradhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam). Belum lagi zakat bila ditinjau dari nilai universal adalah bahwa agama Islam sangat memperhatikan masalah kemanusiaan. Berbeda halnya dengan paham kapitalis yang sangat ekstrim memperlakukan hak-hak individu maupun paham sosialis yang sangat ekstrim menolak hak-hak individu dan bersebrangan secara diametral dengan paham kapitalis. Islam dalam hal ini, tegak berdiri sebagai pihak yang bermoderasi diantara dua kubu yang bersebrangan.
            Konsepsi tentang kemanusiaan bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang membawa misi ketuhanan (Khalifah fil ardh) agar membawa kebaikan dan kemakmuran ke seluruh alam, terkandung dalam nilai-nilai yang tertanam dalam zakat. Bahwasanya manusia memiliki hak atas harta benda yang telah diusahakannya secara halal adalah perkara yang dibenarkan dalam Islam. Akan tetapi tidak melupakan hak orang lain yang terkandung di dalam harta orang tersebut juga sangat didorong oleh Islam bahkan cenderung diwajibkan bagi yang telah dianggap mampu serta memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Dan apabila zakat dipenuhi sebagai suatu kesadaran keberagamaan dan kesadaran konsep bahwa manusia adalah Khalifah fil Ardh, maka ia dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah kemanusiaan yang dihadapi dunia.
            Bila kita seorang muslim yang taat, maka dengan usaha keras kita akan bersungguh-sungguh untuk menunaikan kewajiban yang satu ini. Karena sekeping nilai zakat yang kita keluarkan, menjadi berarti untuk merubah keadaan dunia menjadi lebih peduli, humanis dan egaliter. Marilah kita berzakat, karena zakat kita akan merubah dunia menjadi lebih baik. Berzakatlah untuk dunia !